Normally set default work center bekerja pada waktu tertentu sesuai
dengan setting kalender. Dengan pola seperti ini jika diperlukan
overtime pada hari-hari libur karyawan akan menyulitkan data di
sistem terkait dengan maintenance order(confirmation). Untuk itu
perlu maintain work center ini di IR02 (maintain Work Center)agar
workcenter lebih fleksibel (secara sistem karyawan bisa bekerja
diluar jadwalnya / overtime) atau menambah waktu kerja disesuai
kan regulasi corporate, contoh, jika karyawan non shift hari senin
s/d kamis bekerja sampai dengan jam 16.30 maka pada hari Jumat
jam kerja sampai dengan jam 17.00 dengan penambahan waktu
istirahat (length of break) selama satu jam.
Contoh di K1M112N (day Foreman Perawatan mekanik CTCM CRM)
Buka transaksi IR02 (Maintain Woekcenter), masuk ke Filed Capacity, klik Capacity
Masuk ke Field Available Capacity, Klik
Masukkan Factory Calendar ID --> KS ( KS Calendar )
Input Active Version --> 01 ( Normal Available Capacity)
Check Standard Available Capacity
Start : Standar mulai bekerja
Finish : Waktu selesai bekerja
Length of breaks : Lama waktu istirahat
Capacity utilization : Prosentase optimum kerja
No. of indiv.cap : jumlah orang dalam sau work center tersebut.
Masuk ke Interval & Shift, klik Interval
Input start date ambil posisi tgl hari senin minggu ini
(contoh : 11-01-2010)
Input until date ambil posisi tgl hari minggu pada minggu ini
(contoh : 17-01-2010) Enter
Untuk Format kerja Non Shift terlihat bahwa hari Jumat jam kerja
sampai 16.30 yang seharusnya jam kerja sampai 17.00 dan Length of
break satu jam. Bisa langsung diubah pada tabel ini kemudian di Save.
Demikian juga apabila diperlukan work center tertentu akan
melakukan overtime pada waktu / tanggal tertentu, dilakukan
maintain durasi of work analog seperti tersebut diatas.
Rabu, 13 Januari 2010
Maintain Work Center
Selasa, 12 Januari 2010
Membuat default yang opsinya standar
Ada beberapa transaksi dimana fieldnya standar, hanya satu opsi.
Model yang seperti ini bisa dibuatkan defaultnya per user ID.
Sebagai contoh misalnya kode Parameter ID (0000001) di T-code IA05
Contoh : Profile di user Defaults ==> 0000001
Contoh di transaksi IA05 ( Create General Task List )
Langkah yang diperlukan :
1. Buka Transaksi IA05
2. Buka Profile option : 0000001, kemudian copy block (Ctrl-C)
3. Klik F1, Klik Technical Information
4. Catat Parameter ID ==> PIN
5. Buka new Transaction SU3
6. masuk ke field Parameter
7. Ketik di kolom Parameter ID : PIN
8. Ketik di kolom Parameter Value : 0000001
9. Save
Senin, 04 Januari 2010
Amanah “Maintenance Planning & Control”
Oleh : Agus A Musabiq
Setiap orang atau seorang managemen kadang-kadang menganggap hal kecil seperti “data” bukan merupakan hal yang sangat di utamakan apalagi bila secara managemen tidak tahu apa yang harus dilakukan. Padahal data itu merupakan kata kunci dalam pengambilan keputusan.
Sudah satu tahun lebih dua bulan penggunaan system SAP R/3 menjadi momok yang kadang-kadang menyebabkan orang malas dan sering sekali menyalahkan system, padahal data yang harusnya dimasukkan lupa atau salah atau mungkin tidak tahu dalam mengoperasikannya. Konon hal dasar yang pernah dialami di Pertamina saat mengecek stock BBM disuatu tempat antara data dan fakta tidak sama sehingga menjadi problem besar sehingga tidak bisa melayani kebutuhan BBM disuatu tempat.
Di dalam system SAP R/3 yang sudah dijalankan adalah modul PM (Plant Maintenance) dan Modul MM (Material Management), kedua modul tersebut harus terintegrasi sehingga aktivitas maintenance akan “Match” dengan permintaan barang atau suku cadang. Dalam operasionalisasi diperlukan Effort yang lebih untuk menggabungkankannya.
Bagi seorang praktisi kadang-kadang membetulkan data atau “matching” data dianggap menghambat jalan proses dan tidak sedikit akhirnya tidak tahan akhirnya di lakukan pemerkosaan system sehingga apa yang dicita-citakan pakai data yang benar jauh dari yang diharapkan. Hal tersebut dialami saat penulis menjalankan project system OH, matching permintaan di MWO (aktivitas perawatan) tidak terbaca dalam merencanakan permintaan (PR) dengan cara dengan by pass penyelesaiannya maka mengganggu PR PR yang sudah sempat di selesaikan. (hal tersebut sebelumnya tidak tahu).
Solusi bijak akhirnya harus dilakukan pengecekan satu-persatu masalah yang dihadapi. Solusi sudah ketemu disebabkan karena material Blok, tidak ada MAP (material moving price), storage log, dan MWO belum direlease. Penulis yakin bila semua elemen dengan bekerja sama dam komunikasi yang baik semangat mencari solusi, insya Allah semua akan tercapai.
Kenapa penulis berpendapat bahwa data adalah hal sangat penting karena bila input data salah setelah diproses maka yang dihasilkan salah juga. Semoga mulai saat ini kita harus bersama-sama fokus ke kebenaran data tanpa mengurangi kecepatan penyelesaian pekerjaan.
Alur proses sederhana dalam melaksanakan ”Maintenance Planning & Control” seperti di bawah ini
Gambar 1 : makro proses permintaan Suku Cadang
Pada gambar 1 dapat dilihat bahwa ada yang disebut aktivita perawatan adalah dokumen MWO (Maintenance Work Order) yang akan dikelola oleh peminta yaitu pabrik akan tetapi menggunakan data yang siapkan oleh bagian Cataloging. Aktivitas permintaan material atau suku cadang disebut dokumen PR ( Purchace Reques) yang harus dilengkapi dengan brosur atau gambar, jumlah dll serta ’Matching” antara waktu permintaan aktivitas perawatan dengan waktu permintaan pembelian. Hal tersebut juga didukung dengan bagian Cataloging dan estimasi harga barang sedangkan selanjutnya sesuai permintaan akan dikeluarkan dokumen PC (Purchase Contract) yang dipakai dengan pihak luar.
Proses pada gambar 1 tersebut perlu ketelitian data yang akurat agar barang yang dipesan sesuai dengan yang diharapkan baik spesifikasi maupun waktunya. Bila input dari awal salah apa yang terjadi outpunya bisa salah.
Amanat ”maintenance Planning & Control ” yang baik diharapkan seperti pada gambar berikut :
Gambar 2 : Maching Aktivitas perawatan dengan pengadaan
Dari gambar 2 diatas dapat dilihat bahwa material keperluan MWO harus klop dengan material permintaan dalam PR dan selanjutnya klop dengan material PC yang datang. Idealnya bahwa semua material harus klop sehingga aktivitas MWO tersebut dapat dianalisa apakah aktivitas perawatan yang direncanakan apakah benar-benar dapat meningkatkan performance alatnya. Sekali lagi bahwa hal tersebut tidak gampang akan tetapi penulis yakin bisa, bila semua pihak bekerjasama dengan baik.
Untuk mencapai hal tersebut hal dasar yang harus dibangun adalah apakah material yang dibutuhkan benar dibutuhkan baik jumlah maupun spesifikasinya. Pekerjaan membuat spesifikasi tidaklah mudah karena dibutuhkan kompetensi teknis sesuai dengan keahliannya akan tetapi bisa bila para ahli tersebut mau saling komunikasi dan menyusunnya dengan baik.
Khususnya item kebutuhan suku cadang tidaklah sedikit maka perlu effort yang besar komunikasi diantara unit terkait dengan membangun ”kepercayaan” yang kuat antar unit tersebut. Secara operasional hal tersubut tidak mudah tetapi insya Allah penulis yakin bisa.
Dalam operasionalisasi bagi yang belum masuk ke dalam system seolah-olah memudahkan, itu gampang dan itu bisa diakali, pola pikir tersebut memang harus seperti itu karena kita harus optimis. Optimis saja tidak cukup bila kita tidak punya kompetensi apalagi tidak tahu, tidak mau tahu dan tidak mau belajar. Optimis tanpa hati muncul ego seolah-olah dirinya paling benar dan oke, maka perlu Optimis dengan hati yang tulus sehingga Allah SWT akan memberikan solusi yang terbaik, bila tidak maka penyelesaian yang dapat dilakukan akan semu sifatnya.
Semoga tulisan ini menjadi inspirasi untuk implementasi SAP R/3 untuk modul produksi dan project system yang akan di launching bulan April 2009 nanti. Akibat adanya masalah-masalah akan muncul, idea pemaksaan system pasti akan terjadi, penulis berharap hal tersebut janganlah terjadi agar cita-cita data yang akurat bisa benar dan benar juga dalam mengambil keputusan.
Wallahu a’lam bish showab.
Be be es tiga, November 2009